katsuobushi |
Ikan cakalang adalah ikan yang sudah
dikonsumsi orang Jepang sejak zaman kuno. Dari beberapa situs penggalian
seperti di Hachinohe (Prefektur Aomori) berhasil ditemukan sisa-sisa ikan
cakalang bekas dimakan orang zaman Jomon.
Walaupun ada kemungkinan teknik
pengeringan ikan cakalang sudah dikuasai orang Jepang sejak abad ke-5, hasil
akhirnya mungkin sangat berbeda dengan katsuobushi yang dikenal sekarang.
Berdasarkan catatan zaman kuno juga diketahui teknik pengolahan ikan cakalang
yang sesudah jadi lebih mirip ikan kering.
Menurut kitab hukum Fuyakuryō (賦役令 fuyakuryō atau buyakuryō) dan Kitab Undang-Undang Taihō terbitan tahun 701
(zaman Asuka), ikan cakalang kering ditetapkan sebagai upeti atau barang
persembahan, bersama-sama dengan ikan cakalang, ikan cakalang masak nimono, dan
air kaldu ikan cakalang.
Pada zaman dulu, ikan cakalang adalah
upeti yang dikirimkan dari provinsi seperti Izu, Suruga, Shima, Sagami, Awa (安房), Kii, Awa (阿波), Tosa, Bungo, dan Himuka.
Pengolahan ikan cakalang dari zaman
Muromachi mempunyai hasil akhir yang mirip dengan katsuobushi yang dikenal
sekarang. Hanakatsuo (花鰹) disebut-sebut dalam buku masak
terkenal dari zaman Muromachi yang berjudul Shijōryū Hōchōsho (四条流包丁書).
Kemungkinan besar hanakatsuo yang
disebut dalam buku masak zaman Muromachi adalah produk awetan ikan cakalang
yang sangat keras, sehingga harus diserut dengan alat ketam dan bukan berupa
ikan cakalang kering.
Teknik pengasapan baru dikenal pada
zaman Edo. Teknik menghilangkan air dari dalam daging ikan dengan cara
pengasapan kemungkinan mulai dilakukan pengolah ikan bernama Jintarō dari
wilayah Kishu (Kumano). Kabibushi (かび節) adalah jenis katsuobushi yang
dimatangkan dengan cara pengapangan.
Teknik pembuatan kabibushi yang kemudian
meluas ke seluruh Jepang kabarnya diciptakan oleh Tosano Yoichi yang juga
berasal dari Kishu. Pada zaman dulu, pengolahan ikan cakalang di Jepang
berpusat di daerah-daerah pantai Samudra Pasifik seperti Satsuma, Tosa, Awa,
Kii, Shima, Ise, dan Izu.
Pada zaman Edo peringkat kualitas katsuobushi
dibuat seperti peringkat pesumo. Kualitas atas yang disebut kelas gyoji (行司 gyōji, wasit) ditempati asobushi dari Ise, namikiribushi dari Shima.
Sementara itu, shimizubushi dari Shizuoka dan yakushimabushi dari Satsuma
menempati peringkat nomor dua atau kelas Ozeki.
Masakan berkelas khas Kyoto yang disebut
kyōryōri banyak menggunakan katsuobushi kelas gyōji. Namikiribushi dan
karebushi banyak dipakai dalam masakan chagaisekiryōri, hidangan kuil agama
Buddha dan Shinto di Kyoto. Kemajuan transportasi laut pada zaman Edo
memungkinkan katsuobushi yang berasal dari Kyushu dan Shikoku untuk diangkut
sampai ke Edo.
Sesudah zaman Meiji, pengolahan ikan
cakalang juga dilakukan di Pulau Uotsuri yang terletak di Kepulauan Senkaku,
dan di pulau-pulau di sebelah selatan Samudra Pasifik yang ditetapkan Liga
Bangsa-Bangsa sebagai wilayah mandat Jepang. Pengolahan ikan cakalang dari
kepulauan Samudra Pasifik ini berkembang dengan pesat karena harga-harga lokal
yang murah, tetapi kemudian industri ini tamat akibat Perang Dunia II.
0 Comments:
Post a Comment