Burasa ialah salah satu
panganan khas masyarakat Bugis dan makassar di Sulawesi Selatan. Panganan ini
dikenal pun dengan nama lapat, lontong bersantan atau buras.
Bentuknya nyaris serupa dengan lontong hanya agak pipih dan dimasak dengan teknik tersendiri. Burasa adalahmakanan wajib untuk masyarakat Sulawesi Selatan di hari lebaran yang bisanya tersaji bareng coto makassar ataupun opor ayam.
Bentuknya nyaris serupa dengan lontong hanya agak pipih dan dimasak dengan teknik tersendiri. Burasa adalahmakanan wajib untuk masyarakat Sulawesi Selatan di hari lebaran yang bisanya tersaji bareng coto makassar ataupun opor ayam.
Panganan ini tercipta dari
beras yang dimasak tertebih dahulu dengan santan yang tidak sedikit hingga
menjadi nasi lembek dan selanjutnya dibalut dengan daun pisang. Biasanya
diciptakan menjadi dua unsur dalam satu ikatan (menggunakan tali rapia atau daun
pisang) lantas direbus sampai matang.
Panganan ini juga seringkali ditemui di luar provinsi Sulawesi Selatan laksana Gorontalo atau Kalimantan dan sejumlah daerah lain di Indonesia dan Malaysia.
Panganan ini juga seringkali ditemui di luar provinsi Sulawesi Selatan laksana Gorontalo atau Kalimantan dan sejumlah daerah lain di Indonesia dan Malaysia.
Mungkin disebabkan banyaknya
suku Makassar dan Bugis yang merantau dan menetap di daerah-daerah tersebut
sampai-sampai panganan ini ikut menjadi unsur dari tradisi hari lebaran di
daerah-daerah tersebut.
Selain guna hidangan di hari
lebaran, burasa juga tidak sedikit dipilih sebagai makanan guna bekal dalam
perjalanan sebab mampu bertahan sampai 2 x 24 jam. Burasa dapat dikonsumsi
dengan sambal kacang, telur rebus atau sambal haban tetapi untuk masyarakat
Bugis atau makassar lebih tidak jarang menjadikannya teman untuk makanan coto makassar, Sop Konro,
pallubasa, nasu lekku' (ayam masak lengkuas versi sulawesi selatan) atau
makanan yang berkuah lainnya.
0 Comments:
Post a Comment